Mengapa Warga Palestina di Gaza Sekarang Melakukan Protes Terhadap Hamas?

tisubodas
0

Penduduk Palestina di wilayah Gaza telah menyuarakan protes mereka terhadap Hamas serta situasi peperangan pada hari Selasa (25/3/2025), dan juga kemarin Kamis. Para demonstran ini berteriak-teriak menggunakan kalimat-kalimat penolakan kepada Hamas. Kekesalan dan amarah mereka meluap akibat gagalnya kesepakatan damai antara Hamas dan pihak Israel, suatu traktat yang tadinya dipenuhi harapan untuk bertahan lama.

Pada awalnya, penduduk Palestina menyelenggarakan demo menentang Hamas di Beit Lahia, yang ada di wilayah utara Gaza, pada hari Selasa. Protes tersebut dilanjutkan ke esokan harinya, yaitu Rabu. Pada hari itu, selain di Beit Lahia, aksi pengunjukan juga terjadi di Deir al-Balah yang letaknya di Gaza bagian tengah.

Video protes yang terjadi di Beit Lahia pada hari Selasa menggambarkan sebuah kerumunan yang sangat besar. Wartawan CNN Yang berlokasikan diperkirakan jumlah peserta demontrasi mencapai ratusan orang. Mereka berjalan di jalan-jalan sambil menggelegarkan sorotan seperti "Bagi Tuhan, Hamas mundur", "Hamas adalah teroris", serta "Kita mau agar peperangan usai". Sorohan sejenis juga didengungkan saat unjukrasa di Deir al-Balah hari Selasa lalu, bersama poster-poster yang membawa tulisan "Kita Inginkan Kehidupan" dan "Berhentilah Pembantaian".

Demonstrasi tersebut adalah salah satu bentuk penentangan langka terhadap Hamas, organisasi militer yang sudah menguasai Jalur Gaza secara ketat dalam waktu 17 tahun dan menjadi penyebab konflik 15 bulan lalu setelah menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.

Beberapa penduduk Gaza mengatakan, protes awalnya dimulai sebagai ledakan emosi yang spontan. Tetapi pada hari Rabu lalu, tampak adanya petunjuk bahwa demonstrasi ini mulai diselarasukan. Ada kenaikan panggilan melalui media sosial oleh masyarakat Gaza untuk ikut serta dalam aksi jalanan menentang pemerintahannya Hamas dan bagaimana mereka merespons konflik dengan Israel.

Berhentikan Konflik dan Dorong Hamas Menarik Diri

Lulu, laki-laki berusia 38 tahun asli dari Kota Gaza namun saat ini berteduh di Kota Khan Younis di bagian selatan Gaza, menyampaikan kepada publik pada hari Rabu tentang dirinya mengetahui adanya unjuk rasa di Beit Lahiya satu hari sebelumnya. Kemudian ia memulai komunikasi dengan beberapa aktivis politik yang juga tidak setuju dengan Hamas guna merencanakan demonstrasi melalui platform-media sosial.

"Ia mengatakan bahwa ribuan orang menjawab dengan 'Ya! Kami bergabung,'" tuturnya. New York Times. "Sebagian besar di antara mereka datang dari latar belakang keluarga yang luas dan sekarang ikut serta dalam unjuk rasa ini," lanjutnya. "Apabila Hamas mengambil tindakan keras terhadap para peserta demo, saya takut bahwa para demonstran mungkin menentang balik," ujar Lulu.

Permintaan kita cukup tegas: Akhiri peperangan dengan cara apa pun," katanya. "'Kami menginginkan perdamaian,' itu adalah pesan utama kita," tambahnya. "Menurut saya, kondisi saat ini berbeda. Kita telah merelakan semua hal, sehingga tidak ada lagi yang dapat diserahkan, dan oleh karena itu, tidak ada alasan untuk khawatir.

Ketua suku serta famili terkaya di bagian selatan Gaza yang tidak setuju dengan Hamas menerbitkan pengumuman resmi pada hari Rabu. Mereka mendesak warganya untuk 'menjadi bangkit melawan ketidakadilan' dan menyuarakan penolakan mereka atas Hamas.

"Hamas harus dengan cepat melepas pengaruhnya di Gaza dan berakhirkan blokadenya yang tak adil ini, hasil dari keputusan yang tidak sesuai dengan kemauan kita," ungkap para pemimpin suku tersebut.

Saya mengajak seluruh Anda untuk ikut keluar dan menyampaikan suara kami," demikian lanjutan pernyataan itu. "Gaza tidak boleh menjadi tawanan bagi siapa pun. Gaza akan dilepaskan melalui kemauan masyarakatnya.

Belal Abu Zaid, seorang warga Palestina asal utara Jalur Gaza, ikut serta bersama ribuan lainnya dalam unjuk rasa pada hari Selasa. Menurut Zaid, baik Israel maupun Hamas memiliki peranan dalam kerusakan yang terjadi di Gaza.

Dia menyatakan bahwa Israel adalah sumber utama masalah di Gaza. Akan tetapi, Hamas, yang memimpin daerah tersebut, turut memiliki tanggung jawab.

"Baik tentara penduduk (Israel) maupun Hamas yang menindas kami," ungkap Abu Zaid kepada CNN .

"Hamas melakukan serangan pada tanggal 7 Oktober (2023), dan saat ini kami lah yang menerima dampaknya," ujarnya.

"Kami menegaskan pesan ini ke pada pasukan Israel: berhenti melakukan pembantaian dan konflik yang sudah memakan banyak tenaga kami serta mencabut jiwa dari orang-orang yang kita sayangi dan juga sahabat-sahabat kami," ungkap Mahmoud Haj Ahmad, seorang dokter bedah di Rumah Sakit Kamal Adwan yang terlibat dalam demonstrasi di Beit Lahia, kepada CNN .

Kami ingin menyampaikan pesan terakhir ini untuk Hamas: cukup sampai di sini. Sudah waktunya kalian mengundurkan diri dari kekuasaan; berilah kesempatan pada orang-orang lain agar dapat memimpin.

Seorang demonstran dari Beit Lahia bernama pengacara Mohammed Attalah menyampaikan, "Permintaan kita ialah supaya Hamas berhenti menggunakan nama rakyat Palestina. Keribut yang mereka ciptakan sudah mencapai batasnya."

Lebih dari 1.200 jiwa hilang akibat serangan yang diprakarsai oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 di bagian selatan Israel, dengan 251 orang menjadi sandera sesuai laporan pihak berwenang Israel. Konflik bersenjata balasan yang dikeluarkan Israel ke arah Hamas di daerah Gaza sampai saat ini sudah merenggut nyawa setidaknya 50.000 penduduk Palestina, seperti data yang dirilis departemen kesehatan di bawah kendali Hamas. Serbuan tersebut juga menyebabkan kerusakan signifikan di area tersebut serta mencetuskan situasi humaniter yang sangat genting.

Angka korban jiwa di Gaza naik pesat dalam beberapa hari belakangan ini usai gencatan senjata yang labil dan bertahan selama dua bulan pun akhirnya hancur. Israel kemudian menyerang lagi dengan serangan darat dan bersumpah akan memperkuat ofensif mereka. Situasi makin suram seiring putusan Israel untuk memblokir semua bentuk bantuan kemanusiaan menuju daerah itu.

Banyak orang Palestina yang tidak setuju dengan Hamas tetap enggan mengecam organisasi tersebut secara langsung akibat ketakutan akan diskriminasi sosial. Hamas dilihat oleh beberapa kalangan sebagai entitas tunggal yang berperan dalam perlawanan terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina. Di saat bersamaan, sekelompok orang lagi justru menyembunyikan dukungan mereka kepada Hamas demi menghindari ancaman dari pihak Israel.

Raed Abu Hamouda, seorang warganegara Palestina asal utara Gaza, berbicara dengan CNN Ia berkeinginan untuk bergabung dalam protes namun tak bisa sampai ke tempat aksinya. Menurut pendapatnya, Hamas dan organisasi-organisasi Palestina yang lain di Gaza enggan memperhatikan aspirasi masyarakat.

"Sudah sejak lama masyarakat berencana untuk menggelar demonstrasi," katanya. Akan tetapi, kebanyakan orang masih enggan akibat ketakutan terhadap "kurangnya proteksi" saat di jalan dan juga takut diduga menjadi "pengkhianat" oleh sesama warga Palestina, lanjutnya.

Abu Hamouda juga menyuarakan ketakutannya bahwa pemerintah Israel mungkin akan mengeksploitasi tindakan protes tersebut, dan hal ini pada gilirannya dapat membawa kerugian bagi usaha mereka.

Pada sidangnya di Knesset, parlemen Israel, pada hari Rabu pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyentuh tentang demonstrasi yang terjadi di Gaza. Ia berpendapat bahwa tindakan tersebut merupakan bukti "bahwa kebijakannya telah sukses".

"Beberapa hari belakangan ini, kita telah melihat sebuah kejadian tanpa preseden—protes publik di Tepi Gazah menentang pemerintahan Hamas," kata Netanyahu.

Hamas telah menjalankan pemerintahan di Gaza sejak tahun 2007 usai berhasil menang dalam pemilihan kontra partainya, yaitu Fatah, serta mendorong keluar Otoritas Palestina dari daerah tersebut. Organisasi ini mulai berdiri pada tahun 1987 sebagai bagian dari Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan Islam Sunnisme yang dibentuk di Mesir pada pertengahan 1920an.

Israel sudah lama menjadi kekuatannya sebagai penguasa di Gaza sebelum serangan pada tanggal 7 Oktober, pasalnya Israel mengontrol seluruh gerbang masuk dan keluar dari daerah itu. Hampir sama dengan mayoritas fraksi dan partai politik Palestina lainnya, Hamas juga menegaskan tujuan perjuangkanan mereka adalah demi pembebasan wilayah Palestina.

Hamas: Tidak Menggantikan Seluruh Penduduk Gaza

Kantor Media Pemerintah (Government Media Office/GMO) Hamas di Gaza menyebutkan bahwa tagline-tagline yang menentang Hamas muncul dengan cara "alamiah" dan "tidak mencerminkan pandangan seluruh penduduk."

"Deklarasi ataupun ekspresi tindakan spontan beberapa pendemo yang bertentangan dengan strategi perjuangan tak mewakili pandangan negara sebagai satu kesatuan," jelas GMO Hamas kepada CNN .

Berkaitan dengan ini, hal tersebut disebabkan oleh beban luar biasa yang dihadapi masyarakat kita serta usaha konstan penduduk untuk menciptakan perselisihan dalam negeri dan memindahkan fokus dari tindakan buruk mereka yang masih berlanjut.

Hamas mengklaim, kebebasan masyarakat Palestina dalam menyuarakan pandangan dan melakukan demonstrasi dengan cara tenang adalah "suatu hak yang benar serta sebagian dari prinsip-prinsip nasional yang kita pegangi dan perjuangkan," seraya menambahkan bahwa unjuk rasa tersebut menjadi cerminan "tekanan luar biasa dan penganiayaan berkelanjutan yang dihadapi oleh warga kami setiap harinya."

Abdullah Ahmed, seorangaktivis dari Jabalia, mengungkapkan adanya keprihatinan bahwa Hamas mungkin akan menangani tindakan unjuk rasa apabila tetap berlangsungan.

Ia mengatakan bahwa banyak orang merasa takut dan cemas ketika berencana untuk bergabung dalam unjuk rasa tersebut. CNN .

Ahmed menyebutkan bahwa tekanan pada penduduk Gaza makin memburuk, dan banyak orang yang sudah sangat tertekan ketika pulang ke utara hanya untuk melihat tempat tinggal mereka rusak parah hingga berubah jadi reruntuhan.

Kenapa sekarang? Sebab masyarakat kian tertekan.

Meskipun demikian, Hamas tetap memiliki lapisan dukungan yang signifikan di Gaza. Pendukung Hamas dari Gaza, yang enggan menyebarkan nama karena pertimbangan keselamatan, berbagi pandangannya dengan CNN dia percaya bahwa Hamas "masih tangguh" dan banyak penduduk di Gaza yang tetap berminat untuk ikut serta dalam pertempuran Hamas melawan Israel. Dia juga meremehkan unjuk rasa tersebut, menyebutkan bahwa kebanyakan warga Gaza lebih fokus pada pencarian makanan dan air daripada ambil bagian dalam protes.

Sudah Lelah

Semakin bertambahnya waktu dalam konflik tersebut, situasi hidup orang-orang di Gaza menjadi makin sulit.

"Kami berharap warga kami dapat memperoleh makanan dan air, serta anak-anak kami bisa menuntut ilmu—bukan ikut tumbang di hadapan kami," ungkap Abu Zaid kepada CNN .

Ketika ditanyakan tentang rasa takutnya terhadap konsekuensi dari Hamas akibat partisipasinya dalam demonstrasi, Abu Zaid mengatakan bahwa perasaan tersebut sudah tidak relevan lagi dengan adanya penderitaan yang semakin luas di Gaza.

Tiada hal lain yang perlu dikhawatirkan. Kemungkinan kematian dapat terjadi sewaktu-waktu, kita sudah menyaksikannya sendiri," ujarnya. "Aroma darah menguar dari berbagai penjuru.

Sudah cukup bertempur, cukup sudah menderita, cukup sudah dihinakan.

Abdel Hamid Abed al-Atti, seorang jurnalist Palestina serta bekas pembawa acara radio yang kabur dari Beit Lahiya menuju Mesir saat perang, turut meminta untuk mengakhiri kedaulatan Hamas di Gaza.

"Sudah cukup —perang ini telah berlangsung satu setengah tahun," ujarnya dalam video yang ditonton banyak orang.

Abed al-Atti menyebut bahwa dia telah merugi banyak kerabat gara-gara serangan Israel. Ia menjelaskan, penduduk di Gaza turun jalan untuk melampiaskan kemarahan mereka yang amat sangat usai menderita berbagai kehilangan serta hancurnya segala sesuatunya.

Protes ini terjadi secara spontan," ujarnya lewat telpon. "Saat ini, penduduk Gaza telah kehilangan segala sesuatu yang mereka miliki untuk dijadikan taruhan.

Amin Abed, seorangaktivis Palestin dari Gaza yang bertahan selama awal peperangan di Gaza dan kemudian dievakuiasikan ke Uni Emirat Arab untuk mendapatkan perawatan medis pada bulan September tahun lalu, menyampaikan bahwa permintaan utama para demonstran adalah agar Hamas menarik diri.

"Ambon orang capek nih," ujar Abed kepada The New York Times Dalam wawancara melalui telepon pada hari Rabu, dia menambahkan, “Mereka berharap untuk menjalani kehidupan yang tenang, aman, dan teratur, bebas dari konflik dan pengorbanan jiwa. Mereka menginginkan sebuah kehidupan dengan harga diri.”

"Pergerakan ini menjadi bukti.... Pergerakan ini menyangkal narasi Israel yang menyatakan seluruh Gaza sebagai milik Hamas," ujar Abed.

Posting Komentar

0 Komentar

Silahkan berkomentar biar rame :D

Posting Komentar (0)
To Top