Peminjaman Online Naik Drastis Selama Lebaran, AFPI Kepresankan Waspadai Utang Berlebih

tisubodas
0

, Jakarta - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengestimasi bahwa penyaluran dana pinjaman online akan terus meningkat dalam waktu depan tersebut. fintech peer to peer (P2P) lending selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2025 mungkin akan naik double digit.

Entjik S. Djafar selaku Ketua Umum AFPI menyebut bahwa dorongan utamanya berasal dari kebutuhan pendanaan untuk sektor konsumsi atau layanan multifungsi.

"Di saat menghadapi kesulitan finansial di kalangan masyarakat, pinjaman online dapat menjadi pilihan keuangan bila dikelola dengan bijak," ungkap Entjik, seperti dilaporkan dalam rilis resmi pada hari Kamis, 27 Maret 2025.

Entjik menyebutkan bahwa pinjaman online memberikan beberapa keringanan pada proses pendanaan. Meski begitu, Entjik percaya bahwa sangat penting bagi publik untuk memiliki tingkat literasi keuangan yang baik serta memahami potensi risiko terkait peminjaman, terutama saat musim meningkatnya keperluan selama Ramadan dan Idul Fitri. Menurutnya, perencanaan ekonomi yang tepat bisa membantu mencegah bobot hutang berlebih setelah hari raya.

Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah dana yang disalurkan melalui peminjaman online di Maret 2023 adalah sekitar Rp 19,73 triliun. Ini menunjukkan kenaikan sebesar 8,4% dibandingkan dengan angka Rp 18,2 triliun pada bulan sebelumnya. Fenomena serupa pun terlihat saat merayakan Ramadan tahun selanjutnya; pada Maret 2024, nilai pengiriman pinjaman secara daring dicatat menjadi Rp 22,76 triliun, mengalami pertambahan 8,9% jika dibandingkan dengan total Rp 20,9 triliun pada bulan Februari 2024.

Di saat yang bersamaan, Ketua Divisi Humas AFPI Kuseryansyah menyoroti bahwa permintaan pendanaan yang sangat besar dapat memancing masyarakat untuk mencari alternatif tidak resmi seperti peminjaman daring (pinjol) ilegal sebagai solusi cepat.

Sebagian pengecer pinjaman online menawarkan persyaratan yang simpel, namun akibatnya mereka mengenakan suku bunga serta tarif layanan yang cukup besar," ungkap Kuseryansyah. "Hal ini dapat menyebabkan nasabah merasakan kesulitan.

Di samping itu, alasan utama mengapa pinjol ilegal tetap dipilih oleh sebagian besar masyarakat adalah karena strategi pemasaran yang gencar lewat SMS dan iklan berpop-up di platform media sosial serta situs web.

Selanjutnya, masalah minimnya pengetahuan finansial dalam kalangan masyarakat. Kekurangannya ini menyebabkan kurang paham tentang hak serta tanggung jawab berkaitan dengan pengambilan pinjaman melalui jalur daring. Sehubungan itu, AFPI mengingatkan agar publik berwaspada terhadap janji manis dari layanan pinjam uang secara online yang tidak sah.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas di bidang Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, serta Lembaga Jasa Keuangan lainnya dari OJK, Agusman, telah memperkirakan bahwa ada peningkatan pada permintaan kredit online dan pendanaan untuk berbagai produk. buy now pay later Pembiayaan BNPL yang disediakan oleh perusahaan finansial diperkirakan akan naik mendekati Hari Raya Idul Adha tahun 2025.

Dia menyebutkan proyeksi tersebut didasari pada pola permintaan kredit online serta kebutuhan pendanaan BNPL dari lembaga pembiayaan di tahun sebelumnya. Mendekati Hari Raya Idul Fitri bulan April 2024, sektor pembiayaan terus berkembang. fintech lending meningkat 24,16 persen setiap tahunnya, demikian pula outstanding Pendanaan BNPL yang disediakan oleh perusahaan pembiayaan naik sebanyak 31,45 persen secara tahunan.

"Berdasarkan pola tersebut, diyakini pula bahwa ada kenaikan permohonan pendanaan BNPL yang dialami oleh perusahaan multifinance dan lender online mendekati hari raya Idul Fitri kali ini; meskipun demikian, harapannya adalah pertumbuhan itu dapat berlangsung dengan lebih terkontrol," jelas Agusman dalam pernyataan formal, seperti dilansir pada Sabtu, 8 Maret 2025.

Dia berharap pertumbuhan pinjam online dan kenaikan permintaan layanan BNPL ini bisa dipertahankan sepanjang masa Lebaran agar tak mengakibatkan lonjakan masalah keuangan. non-performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah.

Agusman telah mengajukan laporan ke sektor ini tentang hal tersebut. fintech lending atau pinjaman daring, outstanding Pendanaan pada Januari 2025 naik 29,94% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Jumlah total mencapai Rp 78,50 triliun. Sementara itu, pada Januari 2024 kemarin, jumlah pinjaman belum terselesaikan atau outstanding pembiayaan berada pada level tersebut. fintech lending sebesar Rp 60,42 triliun.

Tingkat keseluruhan risiko pinjaman bermasalah (TWP90) di sektor industri fintech lending terletak pada angka 2,52 persen. Ini mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu pada Desember 2024 yang mencapai 2,60 persen.

TWP90 mengacu pada persentase kegagalan pelaksanaan kewajiban atau ketidakcukupan pembayaran yang disebutkan dalam kontrak pembiayaan melebihi 90 hari setelah tenggang waktu untuk melunasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menspesifikasikan bahwa ambang toleransi TWP90 di bidang ini adalah sebagai berikut: fintech lending maksimal 5 persen.

Pada Januari 2025, pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam skema BNPL mengalami kenaikan sebesar 41,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Jumlah ini naik hingga mencapai Rp 7,12 triliun dan tingkat non performing finance (NPF) brutonya adalah 3,37%.

Posting Komentar

0 Komentar

Silahkan berkomentar biar rame :D

Posting Komentar (0)
To Top