TPNPB Menetapkan 9 Kabupaten di Papua Sebagai Zona Konflik

tisubodas
0

, Jakarta Markas besar Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) telah mengidentifikasi sembilan daerah di Papua sebagai area konflik bersenjata. Spokesperson dari TPNPB, Sebby Sambom, meminta pihak berwenang Indonesia untuk segera melakukan evakuasi bagi penduduk yang tinggal di sembilan kawasan ini. Ia menyampaikan pesannya pada Tempo pada hari Jumat, tanggal 4 April 2025 dengan menghimbau: “Saya tekankan lagi bahwa masyarakat asli Indonesia harus menjauhi lokasi-lokasi tersebut.”

sembilan kabupaten di Papua yang disebutkan ialah Kabupaten Yahukimo; Pegunungan Bintang; Nduga; Puncak Jaya; Intan Jaya; Maybrat; Dogiyai; Paniai; serta Deiyai. Menurut keterangan Sebby, demi meningkatkan kontrol wilayah, TPNPB telah menerangkan agar milisi pada sembilan unit pemberdayaan daerah pertahanan (kopda) mempertegas pasukan guna menantang balasan dari TNI-Polri. Dia menyampaikan, "Untuk Intan Jaya, kami sebelumnya sudah minta tambahan personel lantaran TNI membawa masuk helikopter ke lokasi tersebut."

TPNPB lewat Komandan Operasional Umum seluas Papua Mayor Jenderal Lekagak Telenggen sudah mengonfirmasi niat mereka dalam menjaga area di Papua. Dalam pengumumannya tersebut, pasukan TPNPB menyatakan kesiapan mereka berperang langsung dengan tentara TNI-Polri yang ada di Papua. "Kita minta kepada Indonesia agar cepat melakukan evakuasi penduduknya dari daerah konflik ini. Hal ini adalah pertarungan antarkombatan dan bukan urusan lain," tuturnya demikian.

Secara terpisah, Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menekankan pentingnya upaya dari pemerintah serta instansi keamanan dalam memberikan perlindungan lebih kepada para pengajar dan petugas kesehatan di daerah-daerah dengan tingkat konflik tinggi di Papua. Sebagai anggota komisi yang bertanggung jawab pada sektor pendidikan, dia juga mendukung ide tentang penempatan satuan taktis di area-area rentan konflik di tanah Papua tersebut. Hetifah menyampaikan keprihatinan dan bela sungkawa atas serangan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) terhadap guru-guru dan personel medis di Papua. Dia pun mendorong agar aparat keamanan dapat memperkuat mekanisme melindungi mereka. "Kita sangat sedih dan ikut berduka atas insiden penyerangan oleh OPM ini terhadap guru dan tim medis kita di Papua. Mari kita minta institusi kepolisian melakukan langkah-langkah efektif guna menciptakan rasa aman bagi mereka,” ungkap Hetifah.

Enam guru dari Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan meninggal dunia. Kejadian ini berlangsung pada hari Jumat, tanggal 21 Maret 2025, akibat serangan oleh TPNPB-OPM di wilayah tersebut. Sebby Sambom menyatakan bahwa para guru yang jadi korban penyerangan kelompoknya juga bekerja sebagai agen intelijen bagi pemerintah Indonesia.

"Kita akan menanggung konsekuensi untuk pembunuhan sang guru yang juga merupakan agen intelijen Indonesia," ujar Sebby melalui pernyataan tertulisnya pada hari Sabtu, 22 Maret 2025. Meski demikian, sampai saat ini pihak kelompok kriminal bersenjata belum menyertakan bukti terkait profesinya tersebut.

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi menyebutkan bahwa selain melakukan evakuasi untuk guru dan personil medis di Papua, pasukan militer juga terus meningkatkan pengamanan di area yang rentan konflik. Ia menjelaskan, "Pasukan terus dikirim untuk membantu dalam proses pemulihan kondisi setelah serangan dari kelompok separatis OPM."

TNI mengonfirmasi bahwa keselamatan semua orang awam, seperti guru dan petugas kesehatan yang bertugas di daerah-daerah terpencil di Papua akan dilindungi. "Guru serta staf medis memiliki peranan vital dalam perkembangan dan prospek komunitas lokal di Papua. Oleh karena itu, TNI bersumpah untuk menjaganya," jelasnya.

Pramono Anung Mengeluarkan Peraturan Gubernur Tentang PPSU yang Dapat Berasal dari Latar Belakang Lulusan SD

Posting Komentar

0 Komentar

Silahkan berkomentar biar rame :D

Posting Komentar (0)
To Top