Prospek Ekonomi 2025 Mirip dengan Krisis Finansial 1998 di Indonesia

tisubodas
0

Pihak pemerintah bersama dengan Bank Indonesia (BI) mengklaim bahwa penurunan nilai tukar rupiah baru-baru ini belum separah situasi pada masa krisis moneter tahun 1998. Namun, beberapa pendapat ahli ekonom mencatat adanya berbagai indikator yang memperlihatkan kondisi ekonomi di Indonesia tengah kurang baik.

Ekonom dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengkritik bahwa pemerintah tampaknya menyembunyikan realitas sesungguhnya. "Perbandingan krisis tahun 1998 dengan situasi pada 2025 memiliki kesamaan yang cenderung disembunyikan," ujar Hidayat, Kamis (27/3).

Kekhawatiran Hidayat tentang nilai tukar rupiah yang pernah mencapai level tertinggi yaitu Rp 16.600 untuk satu dolar AS, posisi ini adalah titik terlemahnya sejak masa krisis tahun 1997-1998. Sementara itu, Bank Indonesia tetap percaya bahwa kondisi pada tahun 2025 akan sangat berbeda dari kejadian tahun 1998 karena tidak adanya krisis politik serta hutang negara dapat dikontrol dengan baik.

Sebenarnya, kata Hidayat, ada tiga bahaya serius yang terlewatkan. Yang pertama adalah kebergantungan pada dana asing dengan periode waktu singkat.

"Investasi asing di bursa efek Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 42% pada tahun 2025 dari angka sebelumnya yaitu 35% pada tahun 1997," kata Hidayat.

Dia menyebutkan bahwa saat The Fed meningkatkan tingkat suku bunganya pada Maret 2025, arus modal yang keluar dari Indonesia mencapai sekitar US$ 2,8 miliar. Jumlah tersebut dapat disebut sebagai salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN.

Kedua, ada defisit neraca perdagangan yang tidak alami. Menurutnya, Defisit Indonesia sebesar 0,32% dari Produk Domestik Bruto (PDB) kelihatan rendah hanya gara-gara peningkatan impor menurun, bukan dikarenakan oleh pertumbuhan ekspor yang meningkat.

"Seperti halnya tahun 1997, dimana defisit neraca transaksi berjalan dapat dikendalikan akibat penurunan impor," jelas Hidayat.

Ketiga, terdapat kepercayaan berlebihan dari Bank Sentral karena BI mengklaim bahwa fundamenta ekonomi sangat baik. Akan tetapi, Hidayat memandang, BI tampaknya hanya mendaur ulang narasinya tanpa mau melihat kenyataan di mana rasio hutang perusahaan telah meningkat tajam dari 28% pada tahun 2020 hingga diperkirakan mencapai 35% pada tahun 2025.

Penguatan Nilai Tukar Dolar Terhadap Rupiah Berpotensi Mempengaruhi Kestabilan Ekonomi

Eko Listiyanto, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyebutkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah dapat mengancam kestabilan ekonomi secara jangka pendek.

"Kestabilan ekonomi kita bisa terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini dan hal itu akan memengaruhi kondisi makroekonomi secara keseluruhan," ungkap Eko pada acara diskusi daring yang diselenggarakan Indef, Selasa (25/3).

Dia menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat di pasar keuangan pun akan mengamati situasi selama periode Idulfitri 2025. Karena diperkirakan pada waktu itu, peredaran uang serta arus mudik akan meningkat secara signifikan.

Eko menyebutkan bahwa penurunan nilai tukar rupiah membawa berbagai risiko signifikan. Dia menegaskan bahwa depresiasi rupiah tidak secara langsung berkaitan dengan upaya meningkatkan eksportasi. Penurunan nilai rupiah hanya dapat mendorong ekspor apabila Indonesia sudah kokoh di bidang tersebut.

"Terkadang petugas mengatakan bahwa mereka dapat memacu ekspor. Jangan mudah terpercaya," kata Eko.

Posting Komentar

0 Komentar

Silahkan berkomentar biar rame :D

Posting Komentar (0)
To Top